Hindu Bukan Monotheisme?

Bagikan

Oleh: Mangku Suro

Kalau Hindu bukan monotheisme, apakah tidak bertentangan dengan sila pertama dari Pancasila (Ketuhanan Yang Maha Esa) yang menjadi dasar negara kita? Esa itu berbeda dengan satu. Monisme itu berbeda dengan monotheisme. Sama-sama mempunyai pengertian “banyak”, tapi polytheisme berbeda dengan pantheisme. Sebenarnya istilah-istilah paham ketuhanan, seperti: atheisme, theisme, monisme, monotheisme, pantheisme, panentheisme, polytheisme, henotheisme, atau mungkin masih ada lagi isme-isme yang lain, semuanya tidak ditemukan dalam Susastra Hindu. Itu adalah istilah modern yang diberikan oleh para ilmuwan Barat berdasarkan pemahaman manusia terhadap keberadaan Tuhan.

Yang memiliki pemahaman adalah manusianya, dari sumber Susastra yang sama mungkin saja timbul pemahaman yang beraneka ragam. Apapun pemahaman manusia tentang Tuhan, itu adalah hak dan keindahan tersendiri dari masing-masing individu. Jika pemahaman yang kita miliki sekarang kemudian dicocokkan dengan istilah-istilah yang ada, mari kita pahami dulu pengertian dari istilah-istilah itu sendiri.

POLITHEISME, berasal dari kata Yunani “poly” artinya “banyak”, dan “theo” artinya “Tuhan”. Politheisme berarti paham tentang adanya banyak Tuhan yang merupakan entitas atau pribadi tersendiri, terpisah satu sama yang lain.

MONOTHEISME, berasal dari kata Yunani “mono” yang artinya “hanya”, dan “theo” artinya “Tuhan”. Monotheisme berarti paham tentang adanya Tuhan yang hanya satu dan personal, yang sangat ketat menjaga jarak dengan ciptaannya, sebagai kontras dari henotheisme dan politheisme.

HENOTHEISME, berasal dari kata Yunani “heno” yang artinya “satu”, dan “theo” artinya “Tuhan”. Henotheisme adalah pemujaan dan bhakti kepada satu Tuhan, sementara mengijinkan (percaya) Tuhan-Tuhan yang lain ada. Istilah ini diperkenalkan oleh Max Muller ketika dia mengamati mantra-mantra dalam Weda yang memuji banyak sekali nama Tuhan, dianggap bahwa masing-masing nama adalah milik dari satu Tuhan. Satu nama satu Tuhan.

MONISME, kepercayaan bahwa hanya satu substansi yang ada, kontras dengan pluralisme. Monisme adalah paham yang percaya bahwa hanya ada satu substansi yang menjadi dasar di balik penampakan yang banyak. Advaita Vedanta adalah monistik yang kontras dengan Dvaita. Secara filosofis, istilah monisme pertama kali dipergunakan oleh Christian Wolf (1679-1754). Rudolf Eisler menjelaskan monisme sebagai kecenderungan untuk mengembalikan kejamakan dalam satu bidang kepada satu kesatuan atau menerangkan keanekaragaman dengan berpangkal pada satu prinsip yang tunggal. Lalande mendefinisan monisme sebagai “setiap sistem filsafat yang berpendapat bahwa segala sesuatu dapat dikembalikan kepada kesatuan.”

PANTHEISME, berasal dari kata “pan” yang berarti semua, dan “theo” yang berarti Tuhan. Pantheisme adalah keyakinan agama atau teori filsafat bahwa Tuhan dan alam identik (secara implisit menolak monotheisme: satu Tuhan berpribadi dan menjauhkan diri dari ciptaan); doktrin pantheisme: bahwa Tuhan adalah segalanya dan segalanya adalah Tuhan, atau doktrin: bahwa alam semesta dipandang secara keseluruhan adalah Tuhan, dan sebaliknya, bahwa tidak ada Tuhan kecuali substansi, kekuatan-kekuatan dan hukum-hukum yang dikombinasikan yang dimanifestasikan di dalam alam semesta yang ada.

PANENTHEISME, satu kelompok pandangan dengan pantheisme, berurusan dengan hubungan antara Tuhan dan dunia. Berlawanan tekanan theisme pada transendensi total Tuhan, kedua istilah ini merefleksikan penekanan pada imanensi suci. Dalam pandangan pantheistik, Tuhan dan dunia secara esensial identik; yang suci imanen secara total. Dalam pandangan PANENTHEISTIK, dunia ada dalam Tuhan (seluruh realitas adalah bagian dari Tuhan) tetapi Tuhan dikurangi oleh dunia; yang suci adalah transenden dan imanen. pandangan-pandangan demikian sering dikaitkan secara erat dengan mistikisme. Di dalam agama Hindu, akar dari pandangan ini terletak pada bagian akhir dari Rg Veda.

Apapun paham yang anda miliki sekarang tentang keberadaan Tuhan, nikmatilah paham itu, bahkan kepada seorang atheis sekalipun. Melalui paham yang kita miliki masing-masing, mari ditujukan ke satu titik tujuan: kebahagiaan dan kedamaian.

Sumber: http://www.facebook.com


Bagikan

About

You may also like...

Your email will not be published. Name and Email fields are required