Berikut ini bagian terakhir setelah Sang Watugunung berhasil dikalahkan, karena pada saat mengungkapkan rahasia mengenai kelemahannya didengarkan oleh Bhagawan Lumanglang yang sedang berupa laba-laba, kemudian memberitahu Dewa Wisnu.
Besoknya adalah hari Anggara Pahingnya mayatnya ditarik-tarik oleh Sang Lumanglang, sehingga hari itu disebut hari ”paid-paidan”. Hari Budha Pon datanglah Bhagawan Budha, sang Watugunung dihidupkan kembali, tetapi hanya satu dauh, kemudian dibunuh kembali oleh Batara Wisnu, hari itu disebut Budha Urip. Hari Wrhaspati datanglah Bhagawan Wrhaspati dengan rasa kasihan benar kepada sang Watugunung, sehingga dihidupkan kembali tetapi sebentar, kemudian dibunuh kembali oleh Hyang Wisnu, hari itu disebut Panetan.
Pada hari Jumat Kliwon, Hyang Siwa mengetahui bahwa sang Watugunung mati dan turunlah beliau untuk menghidupkan kembali sang Watugunung, harinya disebut dengan Pangredanan. Saat itu datanglah Batara Wisnu hendak membunuhnya kembali namun dapat dicegah oleh Batara Siwa, sabdanya: ”Hai anakku, janganlah hendaknya sang Watugunung dibunuh, biarkanlah untuk hari-hari selanjutnya supaya diingat orang sebagai bahan pertimbangan atau perbandingan.” Maka menjawablah sang Batara Wisnu, sabdanya: ”Yang Watugunung amat besar dosanya, mengawini orang yang sudah bersuami dan memperistri ibunya sendiri”.
Dikemudian hari tidak boleh orang yang sudah bersuami dan memperistri ibunya sendiri”. Batara Wisnu pun mengutuk sang Watugunung, sabdanya: ”Tiap-tiap enam bulan engkau runtuh (jatuh). Jawaban sang Watugunung: ”Baiklah hamba menuruti sabda tuanku, hamba mohon apabila hamba jatuh di darat hendaknya turun hujan dan bila hamba jatuh di laut supaya hari panas terik, agar hamba tidak kedinginan. Permohonan sang Watugunung semua dikabulkan serta rakyat sang Watugunung serta pada Dewa yang menjadi korban dalam pertempuran itu dihidupkan kembali. Kiranya cerita yang serupa dengan ini juga ada di daerah lain atau negara lain.
Di Sunda (Jawa Barat) juga ada mitologi seperti mitologi Watugunung di atas, yang dinamai Sangkuriang. Demikian pula di Yuanani juga ada yang disebut mitologi Oedipus. Pokok isi dari mitologi itu adalah karena tidak tau sang Watugunung, Sangkuriang, Oedipus memperistri ibunya sendiri, tetapi di sana- sini ada perbedaan yang menunjukkan kepribadian bangsa dan sesuai dengan tempatnya mitologi itu berkembang.
Selesai