Praktek Pranayama

Bagikan

Praktek Pranayama bisa disertai Pranava Japa atau dengan Gayatri Mantram. Bila menggunakan Pranava Japa, pengaturan nafas dilakukan dalam tiga tahapan saja, yaitu:

  1. Menarik Nafas (Puraka)
  2. Menahan Nafas (Antah Kumbhaka)
  3. Menghembuskan Nafas (Recaka)

Pada waktu menahan nafas saat kosong, setelah menghembuskan nafas (Bahih Kumbhaka) dibiarkan saja kosong tanpa pelafalan dalam hati (manasu).

Pelafalan sebagai berikut:

  1. Lafalkan dalam hati suara A(ng) saat menarik nafas (Puraka), bayangkanlah Tuhan sebagai Sang Maha Pencipta yang penuh anugerah.
  2. Lafalkan dalam hati suara U(ng) saat menahan nafas (Antah Kumbhaka), bayangkan Tuhan sebagai Sang Maha Pemelihara yang penuh dengan cinta kasih.
  3. Lafalkan dalam hati suara M(ang) saat menghembuskan nafas (Recaka), bayangkan Tuhan sebagai Sang Maha Suci, pelebur segala kekotoran batin dan dosa-dosa.

Bila menggunakan Gayatri Mantram, pengaturan nafas dilakukan dalam empat tahapan, yaitu:

  1. Menarik Nafas (Puraka), sambil melafalkan dalam hati OM – Bhur – Bhvah – Svah
  2. Menahan Nafas (Antah Kumbhaka), sambil melafalkan dalam hati Tat – Savitur – vare – niyam
  3. Menghembuskan Nafas (Recaka), sambil melafalkan dalam hati Bhargo – devasya – dimahi
  4. Menahan Nafas (Bahih Kumbhaka), sambil melafalkan dalam hati Dhiyo – yonah – pracodayat

Kedua praktek ini adalah yang paling praktis dan paling umum dilakukan oleh berbagai kalangan dan tingkatan penekun. Baik Pranayama dengan Japa tiga tahapan maupun empat tahapan, ada yang menyertai dengan penghitungan bulir-bulir tasbih (japa mala). Namun, bagi sementara penekun yang merasakan ini sebagai kurang praktis dan mencolok (terutama kalau sedang berada di tempat-tempat umum), bisa menggunakan nafasnya langsung sebagai tasbih (japa mala). Yang manapun yang dipilih, hendaknya disesuaikan dengan kondisi, kepentingan dan kebiasaan masing-masing, agar ia dapat dipraktekkan dengan santai, tanpa ketegangan yang tak perlu. Ingat, tujuan utamanya adalah membersihkan atau menentramkan vritti.

Dengan mempraktekkan pengaturan nafas ini seorang sadhaka bisa memperoleh umur panjang. Seorang lelaki sehat bernafas 14 sampai 16 kali dalam semenit. Pengurangan frekuensi nafas melalui latihan pranayama, meningkatkan ketahanan paru-paru. Konon, semakin rendah frekuensi nafas, semakin panjang umur makhluk hidup. Beberapa contoh pada binatang menunjukkan hal ini. Anjing misalnya, frekuensi nafasnya mendekati 50 kali per menit, dan umurnya hanya sampai sekitar 14 tahun saja. Sedangkan kuda yang frekuensi nafasnya 35 kali per menit, umurnya bisa mencapai 29 sampai 30 tahun.

Gajah yang bernafas 20 kali per menit, umurnya bisa mencapai 100 tahun. Sementara seekor kura-kura lebih rendah lagi frekuensi nafasnya, yakni hanya 5 kali dalam semenit; oleh karenanya umurnya hingga 400 tahun. Yang lebih rendah lagi adalah ular. Ular hanya bernafas 2 sampai 3 kali per menit. Ular umurnya bisa 500 sampai 1000 tahun.

Frekuensi nafas juga ada kaitannya dengan kehidupan spiritual. Semakin sedikit nafsu keinginan seseorang, semakin rendah frekuensi nafasnya, demikian juga sebaliknya. Bagi yang mempraktekkan japa, meditasi dan mempelajari kitab-kitab spiritual-religius/kitab-kitab suci, akan mempunyai frekuensi nafas yang lebih rendah dan mempunyai konsentrasi yang lebih baik. Semakin rendah frekuensi nafas seseorang, juga berarti semakin meningkat konsentrasinya dan lebih tenteram hidupnya.

Jadi,semakin jelas bahwa pengaturan nafas bukan saja berkait dengan kesehatan dan umur seseorang, namun terbukti memang memungkinkan konservasi serta pengaturan daya-vital yang baik hingga amat kondusif dalam pengembangan batin. Yang paling perlu diperhatikan baik-baik adalah latihan yoga —jenis apa saja— harus dibawah bimbingan seorang Guru yoga yang handal, berpengalaman dan terpercaya.Yang pasti, yoga tidak mungkin dipelajari hanya lewat buku-buku saja.

Wrhaspati Tattwa memberi petunjuk: “Tutup semua lubang yang ada dalam tubuh, seperti: mata, hidung, mulut, telinga. Udara yang sebelumnya telah terisap, itu dikeluarkan melalui ubun-ubun”. Bila tidak terbiasa mengeluarkan udara melalui jalan itu, udara dapat dikeluarkan melalui hidung, namun secara perlahan-lahan. Itulah yang disebut Pranayama Yoga.”

Seorang Guru pernah mengingatkan siswanya, “Gunakanlah nafasmu sebagai pegangan; dengan demikian pikiranmu dengan mudah kamu pusatkan. Pranayama akan amat membantumu dalam mencapai Samãdhi”.

Chandogya Upanishad mengilustrasikan: “Bagai burung yang diikat dengan tali; setelah terbang kesana-kemari tanpa menemukan tempat tinggal, ia akan kembali untuk beristirahat, justru pada tempat dimana ia terikat; begitu pula pikiran, setelah terbang kesana-kemari tanpa menemukan tempat tinggal, akan kembali beristirahat pada nafas, karena pikiran punya nafas sebagai pengikatnya.”

Sumber: http://www.hindubali.org


Bagikan

About

You may also like...

Your email will not be published. Name and Email fields are required