Menunggu Tuhan

Bagikan

Oleh: Wayan Sudarma
Salam Kasih

Pada musim penghujan yang lalu seperti biasa Jakarta selalu terendam oleh banjir, salah satu tempat yang paling parah adalah daerah dibilangan Kampung Melayu, yang dilalui oleh Kali Ciliwung, yang terkenal karena setiap tahun selalu menjadi pengahantar  air hujan tersebut. Ada kisah menarik pada saat-saat megenangkan itu.

Adalah seorang pemuda yang juga kost dibilangan kampung melayu,ia bekerja sebagai kuli panggul di pasar Jati Negara-maklum ia  tidak dapat menyelesaikan sekolah dasarnya karena sejak kecil menjadi piatu. Walau demikian ia tergolong pemuda yang taat beragama, ini terbukti ia tidak pernah meninggalkan kewajibannya untuk memuja Tuhan. Dan sebagai tanda cintanya kepada Tuhan pujaannya itu, dalam pikirannya telah terpatri kuat sebuah wajah yang ia yakini sebagai Tuhan. Pagi-siang sore-dan malam hari sebelum tidur ia selalu memuja Tuhan pujaannya dan yakin pada suatu saat pujaannya akan menampakkan diri dan menolongnya dari kesulitan.

Ketika memasuki musim penghujan, kali ciliwung setiap saat menjadi ancaman bagi warga dan pemuda ini. Suatu ketika tiba-tiba aliran air Kali Ciliwung naik tak seperti tahun-tahun sebelumnya hanya sebatas pinggang. Banjir kali ini bahkan suad hampir menelan atap tempat kostnya. Seluruh tetangga sudah mengungsi-tinggal pemuda ini mencoba bertahan karena yakin Tuhan akan menolongnya.

Seorang tetangga mencoba mengingatkan….agar segera pergi dari rumah itu, tapi pemuda ini tetap bersikeras bertahan dan berdoa “ Tuhan Tolong saya”.   Air semakin tinggi, pemuda ini naik ke atas atap, tetangganya dengan bantuan rakit berusaha menolong pemuda ini dan mengajaknya meninggalkan rumah itu. “Aku masih menunggu Tuhan untuk menyelamatkanku…..jawab pemuda itu!”.

Hujan tak kunjung berhenti malah tambah lebat…..kemudian Tim Sar dengan perahu karet  juga berusaha menyelamatkan pemuda tersebut, tapi tetap menolaknya karena dia masih menunggu Tuhan untuk Menyelamatkannya. Sampai akhirnya rumah tersebut nyaris tersapu banjir, pemuda itu masih bersikukuh pada pendiriannya untuk menunggu Tuhan pujaannya. Sebuah Helikopter juga berusah menyelamatkannya. Tapi lagi-lagi ia menolaknya, katanya:” Aku masih menunggu Tuhan pujaanku!”

Dari daerah hulu tiba-tiba datang gulungan arus yang cukup keras dan menghantam rumah tersebut hingga berkeping-keping, pemuda itu juga ikut terseret arus, karena tidak bisa berenang akhirnya tenggelam dan ditemukan mati di daerah Jakrta Utara. Di alam roh, roh pemuda ini baru bertemu dengan Tuhan pujaannya. Dan melontarkan nada protes, mengapa tidak datang menyelamatkannya ketika minta pertolongan.

Tuhan menjawabnya: Aku sudah datang dan mengingatkanmu kalau hujan akan lebat dan Aku sudah sarankan agar kamu mengungsi tapi kamu menolaknya. Untuk kedua kalinya Aku datang dengan rakit, dan mengajakmu mengungsi-kamu juga menolaknya Aku datang dengan perahu karet –kamu juga tidak mau Ku selamatkan Terakhir Aku datang dengan helikopter dan membujukmu untuk segera Kuangkut tapi engkau juga tidak mau. Tapi mengapa engkau datang dengan wujud tidak seperti yang ada dalam pikiranku?

Sahabat…..
Terkadang kita juga bisa seperti pemuda itu, membuat citra Tuhan sendiri-sendiri dan berusaha menolak perwujudan yang lain.

Perlu disadari bahwa Tuhan adalah Maha Segalanya, beliau menyusup, memenuhi segala entitas dari yang bergerak maupun tidak bergerak.

Semua rupa diresapi oleh Tuhan, Alam semesta beserta isinya adalah wujud kosmik dari Tuhan. Seandainya ada satu milyar manusia maka akan ada satu milyar wajah Tuhan.

Jika kesadaran ini kita miliki maka kita akan dapat menerima setiap entitas sebagai pwerwujudan Tuhan. Dan saat itulah kita akan dapat mencintai yang lain sebagai saudara. Karena Tuhan adalah Bapak dan Ibu dari segala yang ada. Dan secara rohani semua mahluk adalah utusan Tuhan.

Sumber: milis peradah-indonesia


Bagikan

About

You may also like...

Your email will not be published. Name and Email fields are required